Sebanyak 30 siswa dan siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Mandiri Putra, Karanganyar, Jawa Tengah, menjadi model dadakan dengan membawakan hasil karya seni yang memeriahkan ASEAN Para Games (APG) 2022 di stan UMKM Stadion Manahan, Solo.
“Tidak hanya di Citayam Fashion Week yang di Jakarta tapi juga dirasakan anak-anak kami ikut memeriahkan ASEAN Para Games,” kata Kepala SLB Mandiri Putra Muhammad Fajar Riyanto dikutip dari Antara, Jumat (5/8/2022).
Dia menjelaskan model dadakan itu terinspirasi Citayam Fashion Week (CFW) di Jakarta yang viral di media sosial.
“Tidak ada produk Tuhan yang gagal, tapi potensinya yang harus dikembangkan,” katanya.
Pihaknya menyediakan jalur dari matras persegi empat berbentuk huruf L dengan panjang sekitar meter untuk anak berkebutuhan khusus bergiliran berjalan satu per satu di depan stan SLB Mandiri Putra.
Dengan dipandu tujuh guru, siswa-siswi SLB itu membawa tas kotak atau totebag dengan gambar hasil karya mereka.
Ada yang bergambar Rajamala, tokoh pewayangan yang menjadi maskot ASEAN Para Games 2022, ada juga gambar abstrak yang dilukis saat program vokasi di SLB itu.
“Ini semua produk vokasional kerajinan dari anak berkebutuhan khusus. Jadi yang kami tampilkan adalah karya coretan gambar dari anak autis, down syndrome, tuna rungu, tuna daksa,” ucapnya.
Karya seni tersebut juga dipamerkan dan menjadi suvenir resmi APG 2022.
Stan SLB Mandiri Putra merupakan satu-satunya stan suvenir dari lembaga pendidikan yang menjadi peserta pada ajang itu.
Mereka menjual produk dengan merek Daun yang artinya Dari Anak Berkebutuhan Khusus untuk Negeri.
“Daun menjadi suvenir resmi. Satu-satunya sekolah di Indonesia yang terpilih, selebihnya di sini UMKM profesional. Ada seleksinya, produknya dinilai keunikannya, apakah bisa dijual, dan mengangkat nilai kekhususan anak,” imbuh Fajar.
Keunikan produk Daun dari SLB Putra Mandiri ini yaitu semua gambarnya asli hasil karya para siswa sekolah itu tanpa edit.
Ini membuat gambar-gambar pada produk menjadi otentik dan memiliki beragam ekspresi.
Menurut Fajar setiap gambar memiliki cerita, salah satunya adalah gambar abstrak berbentuk lingkaran-lingkaran yang seperti wajah manusia yang menandakan seorang anak didiknya ketika sedang merasa tidak nyaman.
“Menurut cerita dari gurunya, pada saat melukis pagi, diekspresikan gambar seperti orang marah, dengan warna merah tegas. Setelah disampaikan kepada ibunya bahwa ada emosi sedikit dari si anak, ternyata sang ibu menceritakan dia belum sarapan,” ucapnya Fajar.
Ini membuat gambar-gambar pada produk menjadi otentik dan memiliki beragam ekspresi.
Menurut Fajar setiap gambar memiliki cerita, salah satunya adalah gambar abstrak berbentuk lingkaran-lingkaran yang seperti wajah manusia yang menandakan seorang anak didiknya ketika sedang merasa tidak nyaman.”Menurut cerita dari gurunya, pada saat melukis pagi, diekspresikan gambar seperti orang marah, dengan warna merah tegas. Setelah disampaikan kepada ibunya bahwa ada emosi sedikit dari si anak, ternyata sang ibu menceritakan dia belum sarapan,” ucapnya Fajar.